Kerajaan Inggeris pernah menjajah kerajaan-kerajaan di Sulawesi-Selatan pada abad ke XVIII. Pada waktu itu, Belanda kalah perang melawan Inggeris di Eropah dan tunduk pada Traktat (konvensi) London tahun 1814.. Di Batavia dan Jawa, Raffles pemimpin tertinggi Inggeris di Jawa mengambil alih kekuasaan dari kerajaan Belanda. Raffles terkenal pencinta alam dan dialah yang mendirikan Kebun Raya Bogor, sebelum ia dipindahkan lagi ke semananjung Malaya dan Singapura. Barulah pada tahun 1816, Kerajaan Belanda kembali berkuasa di kawasan Nusantara. Gubernur Jenderal Belanda sebagai pemimpin tertinggi Belanda di Batavia bernama G.A.G Philip van der Capelien. Tetapi hubungan antarkerjaaan – kerajaan di Sulawesi -Selatan dengan Pemerintah Hindia Belanda, tidak lagi semulus semasa kejayaan Hindia Belanda di Sulawesi-Selatan dibawah Admiral Speilman.
Kerajaan-kerajaan yang sudah dikuasai Gowa dan Bone, karena “politik kawin-mawin” yang digencarkan antara keluarga Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone semasa akhir perang Makassar yang dimenangkan Arungpone La Tenritatta Arung Palakka, membuat kedua kerajaan ini makin dekat dan bersatu. Hal inilah yang juga menyusahkan pemerintah kerajaan Inggeris di Makassar yang dipimpin Residen Philips dan Mayor Dalton pimpinan pasukan kerajaan Inggeris .
Saat kuasa kerjaan Inggeris di Makassar hendak mengendalikan kekuasaan raja-raja di Sulawesi-Selatan sebagaimana masa pemerintahan Hindia Belanda, Inggeris mendapat tantangan, In ggerisn misalnya hendak menentukan siapa yang berhak dan direstuinya menjadi raja. pada setiap kerajaan. Kebijakan ini terhalang ketika Inggeris hendak mementukan siapa yang menjadi raja di Kerajaan Gowa. Pada waktu itu, raja Gowa terjadi dualisme pemerintahan, yang pertama dipegang oleh Arung Mampu, Sultan Mallisujawa didukung oleh rakyat Gowa dari pegunungan serta Arumpone dan Sultan Zainuddin Karaeng Katangka didukung oleh penduduk Gowa dari pesisir pantai. Sultan Zainuddin ini didukung oleh kerjaaan Inggeris di Makassar. Barulah ketika Raja Gowa dipimpin oleh I Mappatunru Karaeng Lembangparang, putra Raja Tallo, maka dualisme ini berakhir. Wakil kerjaaan Inggeris di Makassar kemudian menyerahkan regalia ( benda kerjaaan) berupa Sudangga ( keris) dan Kalompoang ( mahkota) ke I Mappatunru Karaeng Lembangparang. Pada waktu itu, Inggeris tinggal menghadapi Arungpone To Appatunru yang juga memakai gelar Arung Palakka. Arumpone ini hendak menggelorakan kembali semangat Bone untuk merdeka dan bebas dari tekanan manapun. Inggeris tentu saja tidak senang, Inggeris ingin menjatuhkan To Appatunru yang sudah menyatakan permusuhan dengan kerajaan-kerajaan yang sudah mengakui kekuasaan Inggeris, seperti Gowa,Soppeng dan Sidenreng. Sebagai hukuman kepada Arumpone To Appatunru, pelabuhan Parepare yang sudah muncul kembali, terutama sebagai lalu lintas perdagangan hasil pertanian dan biji besi ( dari Luwu ?) yang dikuasai oleh kerajaan Bone, diserahkan pengelolaannya kepada Addatuang Sidenreng La Wawo Sultan Muhammad Said. Untuk mengadakan penguasaan mutlak pada kerajaan Bone, maka Inggeris bermaksud menyerang Bone dan menaklukkannya.
SUPPA BERPERANG MELAWAN INGGERIS
Disinilah Inggeris terlibat dalam peperangan melawan Kerajaan Suppa yang dipimpin oleh Datu Suppa yang bernama Sultan Aden. Datu Suppa tidak lain adalah adik ipar dari Arumpone To Appatunru Arung Palakka. Tahun 1815, pasukan Inggeris yang dipimpin oleh Letnan Jackson atas perintah Kapten Wood di Makassar, hendak menuju Bone lewat Parepare. Tetapi Datu Suppa menghadang perjalanan pasukan yang melalui darat ini . Perang seru terjadi, dengan persenjataan pasukan Suppa yang sangat kuat, pasukan Inggeris akhirnya berhasil dihalau . Pasukan Inggeris mundur kembali ke Makassar dan hendak melalui Tanete Barru. Tetapi pasukan Inggeris kembali diserang oleh pasukan Datu Tanete La Patau yang ternyata juga sepupu Arungpone To Appatunru Arung Palakka. Pasukan Inggeris babak belur dan terus mengundurkan diri ke arah Makassar , daerah yang dilaluinya antara lain Sigeri dan Maros, kerajaan yang sudah mengakui kekuasaan Inggeris, turut diserang pasukan Datu Tanete dan akhirnya dikuasai oleh La Patau.
Inilah perlawaan heroik kerajaan Suppa melawan Inggeris dan pada abad sebelumnya juga mengusir Portugis yang berusaha mengkristensi rakyat Suppa dan rajanya. Ketika Hindia Belanda kembali berkuasa berdasarkan konvensi London 1814, Belanda hendak memulihkan kekuasaannya pada kerajaan-kerajaan yang sudah ditaklukkannya di Sulawesi -Selatan, khususnya Gowa dan Bone. Penguasa Hindia Belanda di Makassar mengadakan pembaruan dan pengukuhan kembali Perjanjian Bongaya ( Cappaya ri Bungaya) tahun l667. Perjanjian ini dibuat Kerajaan Gowa dibawah Sultan Hasanuddin, setelah beliau dikalahkan oleh persekutuan Belanda dan Bone.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, “politik kawin-mawin” antar keluarga kerajaan Gowa dan Bone untuk mengakhiri permusuhan yang abadi atara keduanya, telah berhasil menyatukan dan mendamaikan Gowa dan Bone. Pembaruan Perjanjian Bongaya bertujuan agar Hindia Belanda dapat memaksakan kembali kemauannya kepada kerajaan-kerajaan di Sulawesi-Selatan ini. Kerajaan Bone yang pernah menjadi sekutunya, saat itu dikuasai oleh keturunan dan sanak keluarga Tenritatta Arung Palakkqa, Petta Malampe’ Gemmene, Batara Tungkena Tana Ugi, ternyata tidak ingin terus menerus diperintah penguasa Hindia Belanda. Semua Arungpone, sampai pada Arungpone La Pawawoi dan Arungpone Andi Mappanyukki ( sebelumnya menjadi Datu Suppa), tetap melakukan penentangan dan perlawanan. Salah seorang diantaranya adalah Arungpone Besse Kajuara, kendatipun dia seorang perempuan, perlawannnya kepada pasukan Hindia Belanda sangat gencar. Ia kemudian dikalahkan oleh Belanda dan turun tahta. Ia tidak mau menatap lagi di Bone dan memilih tinggal di Suppa, tanah kelahirannya. Tahun itu juga ( l862) oleh rakyat Suppa dia dinobatkan menjadi Datu Suppa sampai akhirnya dia mangkat dan diberi gelar Datu Suppa Matinroe’ ri Majennang.
Saya tidak tahu dimana tempat pemakaman Besse Kajuara di Majennang Suppa.Kelurahan Majennang tidak luas, bagi penduduk Suppa akan lebih terhormat jika makam Datu Suppa dan pahlawan wanita ini dipelihara dengan baik. Tentu ini menjadi wewenang pemerintah kabupaten Pinrang.
ullhiz_lkks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar